Jiwaku kering dan hampa, kala aku tidak tidur nyenyak kala pagi menjelang. Karena aku masih satu letting dengan vampire yang suka gemerlap malam. Dikala orang terlelap. “berpesta” dengan sahabat sejati yang selalu setia menemain hingga akhirnya mata terpejam karena kelelahan tak terhingga.

Dengan kata lain, dua hari ini network lemot dan badanku tepar di pagi hari. Namun sungkan dengan kata tetangga yang tidak tergiang ditelingaku. Hanya kata emak saja yang ribut soal anaknya belum pada bangun-bangun. Padahal, vampire ataud drakula itu takut terbakar matahari dan hangus bagaikan debu. Sedangkan anaknya satu ini, takut terkena matahari karena bakal nambah kulit jadi berwarna gelap. La, baru bangun disuruh jemur pakaian karena takut matahari keburu tenggelam. Ya, jelas belum mandi, pakai lotion. Jelas takut terbakar.

Terus menghindari sinar matahari pakai payung. Tapi syukurlah, dua hari belakangan ini juga hujan. Lha terus, persoalannya tiap malam molornya selalu ngaret. Tapi dua hari terakhir yang teruk sampai jam 3-an. Udah gitu terbangun alarm yang setting jam 4. Lupa ganti alarm di ponsel satunya. Hidup ini miris kala ngantuk melanda. Otak tidak bisa bekerja dengan baik. Jangan kan otak, mata saja tidak bisa terbuka. Tidur ayam pun masih tak mempan. Minum kopi, idih, kagak ada guna. Malah inginnya bertemu kasur dan tertidur lelap. Tak perlu pil lelap karena sudah dijamin bakal tidur. Walau hati sungkan, tapi apalah yang hendak dikata. Lha hidup ini kan berjalan maju bukannya mundur.

Biarlah tuk sementara waktu malam digantikan siang, siang berganti malam. Tapi, apa kata dunia? Melihat anak sedang terlelap kala orang sibuk bekerja. Mereka tidak tahu, aku bekerja hingga malam dalam sunyi dan suara musik yang mengalun sandu. Tidak mungkin menyetel musik dalam tempo cepat dan lagu disko berkumandang. Secara musik rok bakal merusak moodku untuk menulis....

Hidup. Sungguh unik tuk dicerna dan hanya orang intelektual yang memahami ini. Katanya begitu saat browsing di salah satu website yang membuatku terus menggelitik dan mencari inspirasi untuk menulis lebih dalam lagi. Mengasah kemampuan untuk lebih baik lagi. Secara, masih belum puas diri dan mudahan tidak akan pernah puas untuk terus belajar dan membaca. Melainkan hanya perlu mawas diri saja untuk bisa bagi waktu antara dunia kehidupan dan imaginasi. Alias, bagi waktu antara siang dan malam. Jangan membuat “dunia” jadi terbalik.

Semoga di enam bulan terakhir, pertengahan tahun 2016 ini, aku bisa hidup lebih sehat lagi dalam memanajemen waktu lebih baik lagi. Apalagi, sedang membuat konsep usaha kecil-kecilan dibidang makanan di awal bulan depan. Jadi, semangat tiada boleh putus dengan target mudahan sukses di dua bidang yang aku suka yakni bisnis dan juga menulis. Jadi, harus belajar membagi waktu jua. Plus, tidak perlu malu jika memulai bisnis dari nol.. bukankah orang sukses merintis dari nol hohoho, ngeles selalu.

Ah, beberapa hari lagi papa sudah memasuki satu tahun. Mudahan, selalu mengenang kebaikannya selalu. Walaupun kurindu dengan suara kesalnya yang tidak suka membuat duniaku terbalik. Namun, kenapa suara omelannya membuatku rindu. Rindu sangat, cakap wong melayu sini. Papa, satu-satunya orang yang selalu mensupport mimpi-mimpiku hingga akhir hayatnya, semua keputusan selalu berdasarkan impian dan keinginanku. Berbeda dengan maa, karena itulah hidup ini selalu memiliki cerita sendiri. Ini ceritaku, apa ceritamu?





Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

1 komentar untuk Jiwa Hampa

Hi Teman Rumpi, terima kasih sudah main ke blog chitchat, ada baiknya berbagi pendapat tanpa meninggalkan spam ya. Kita sama-sama saling menghargai rumah maya kita. Salam, thanks telah meninggalkan biang rumpi manis di sini. cheers @citrapandiangan

  1. Hehehe ceritaku; hidupku hampa tanpa orang yang menyayangiku. Ceritanya ada sedikit nggk nyambungnya ya, tapi paragraf pertama, penggunaan satranya bagus.

    ReplyDelete