Tidak banyak bintang di Pulau Pipurara, karena semuanya habis di makan para harimau. Karena tidak ada lagi mangsa di Pulau Pipurara. Sehingga terjadilah kelaparan, para harimau itu merasa lapar tetapi tidak ada lagi binatang yang bisa mereka santap.


“Kita harus mengakhiri penderitaan ini,” seru Raja harimau.
“Benar yang mulia,” jawab para harimau yang meraung karena kelaparan.
“Panglima bawa prajurit terbaikmu dan pergilah ke pulau seberang sana. Kembali kemari dengan membawa banyak makanan,” perintah Raja Harimau.
“Baik yang mulia,” jawab panglima, ia lalu mengumpulkan beberapa prajurit hebatnya untuk ikut bersamanya ke pulau seberang. Ternyata, perjalanan ke pulau seberang itu jaraknya lumayan jauh.  Mereka tiba di pulau seberang dan kagum karena pulau seberang sangat indah.
“Panglima, lihat,” seru salah seorang prajurit.
“Ada apa?”
“Di sana, ada binatang kecil sedang tidur di dekat sungai,” timpal prajurit lain.
“Benar! Mari kita tangkap dia,” ujar panglima sambil berlari dan diikuti  prajuritnya.
Kancil tidak menyadari bahaya sedang mengintainya. Saat kancil menyadarinya, ia mencoba berlari, tetapi ia terlambat. Kancil telah terkepung. “Kalian siapa?” tanya kancil.
“Kami mau bertemu rajamu” seru panglima harimau.
“Untuk apa kamu mau bertemu dengan rajaku?” Kancil bertanya lagi, ia sudah terkepung oleh kumpulan harimau.
“Kami mau meminta makanan. Jika ia menolak, maka kami akan datang dan menyerang kalian semua,” jawab panglima.
“Tunjukan padaku, jika ini adalah perintah resmi,” ucap kancil akhirnya.
Panglima mengeram, ia kesal! Karena kancil tidak juga membawanya pada raja pulau seberang. “Lihatlah, kami membawa potongan kumis raja kami,’’ ujar prajurit harimau dan menunjukkan kumis rajanya.
“Wah, kumis ini besar sekali. Raja harimau pasti sangat kuat dan besar. Baiklah, aku akan membawa kumis ini, kepada raja kami,” kata kancil.
Kancil bingung, karena pulau seberang tidak memiliki raja. Mereka hidup damai, diantara kebingungannya, ia melihat sahabatnya landak. “Aha,” seru kancil senang, “Hai sahabatku.”
“Ada apa kancil,” kata landak sambil memandang kancil heran.
 “Aku butuh bantuanmu,” seru kancil.
“Bantuan? Bantuan buat apa?” Landak bingung dengan ulah kancil.
 “Berikan aku satu durimu?” ujar kancil.
“Aaah... Untuk apa kamu meminta duriku ini?” tanya landak.
“Yang jelas, untuk menyelamatkan kita dari bahaya besar. Sekelompok harimau datang kemari,” bisik kancil.
 “Benarkah? Sungguh menyeramkan, habislah kita,” seru landak ketakutan.
“Tenang, makanya berikan aku satu durimu yang paling kuat dan besar,” timpal kancil.
Akhirnya, landak  mencabut durinya yang paling besar, tajam dan panjang.  Kancil tersenyum saat mendapatkan duri landak. Ia segera  berlari membawa duri landak untuk diserahkan kepada para harimau.
Setelah bersusah payah mengelilingi sungai, akhirnya kancil melihat sekelompok harimau yang tertidur pulas. Kancil segera membangunkan panglima harimau. 
“Panglima harimau,” seru kancil membangunkan mereka.
“Bagaimana?” tanya panglima, “Apakah rajamu sudah bersedia memenuhi keinginan kami.”
“Maa.. Maaf, raja kami tidak bersedia. Kami siap untuk berperang,” jawab kancil.
“Berani sekali dia menantang kami!”
“Raja kami  mengirimkan kumisnya sebagai tanda penolakan,” ucap kancil. Ia  menyerahkan duri landak kepada para Harimau. Saat panglima harimau melihat kumis raja kancil, ia tidak percaya.
“Benarkah, ini kumis rajamu?” tanya panglima harimau.
‘”Benar! Itu adlaah kumis raja kami yang paling kecil. Raja kami  menerima tantangan dari raja kalian,” timpal kancil.
Panglima dan prajuritnya terkejut melihat kumis raja pulau seberang yang sangat besar dan tajam.  “Aduh, bagaimana ini panglima,” bisik salah seorang prajurit.
“Benar. Kumis raja kancil sangat besar dibanding kumis raja kita. Pasti, kita tidak bisa melawannya,” ujar panglima lirih kepada para prajuritnya.
“Lalu bagaimana?” lanjut  prajurit yang lain.
“Sebaiknya, kita segera kabur,” ucap panglima dan segera berlari meninggalkan pulau seberang. Mereka  melanjutkan perjalanan ke pulau lainnya untuk mencari makanan. Sejak saat itu, tidak ada satu harimau  yang berani datang ke pulau seberang. Semua  berkat  kancil, karena kecerdikannya penghuni pulau seberang aman dari serangan harimau kelaparan.


Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

Hi Teman Rumpi, terima kasih sudah main ke blog chitchat, ada baiknya berbagi pendapat tanpa meninggalkan spam ya. Kita sama-sama saling menghargai rumah maya kita. Salam, thanks telah meninggalkan biang rumpi manis di sini. cheers @citrapandiangan