Antara Seks dan Jati Diri
Chitchat.my.id- Aloha, apa kabar semua.
Selamat datang di jam tayangan ngerumpi nyeleneh di blog ChitChat,
Ngerumpi yuk! Nah, pembahasan kali ini mengenai Review Buku Eleven Minutes.
Yups, tahun ini, biang rumpi ingin memberikan nuansa berbeda setiap bulan.
Sudah tahu dong buku Eleven Minutes yang membuat pembaca menggeleng-gelengkan
kepala.
Penulis
satu, Pak Paulo Coelho ini memang luar biasa dalam merangkai kata dan kalimat
menjadi suatu cerita yang seru dan asyik dibaca sampai tuntas. Salah satunya,
kisah Maria dalam buku “Eleven Minutes.” Teman ngerumpi sudah pernah baca
belum? Kalau belum, baca sampai tuntas ya ulasan biang rumpi kali ini!
Beberapa
kali, biang rumpi kena sindir sama teman ngerumpi. Langsung saja sindiran halus
itu, biang rumpi balas dengan jawaban halus. “Ah, apa enaknya ngese* itu hanya
sementara aja, ribetnya lebih banyak.” Mereka langsung diam seribu bahasa,
jangan ditiru ya teman ngerumpi haha. Kadang biang rumpi ini, kesal pakai
banget kalau membahas soal “PERNIKAHAN.” Bukannya, biang rumpi anti pati
terhadap hal itu, hanya saja masih belum tertarik menjalin hubungan serius.
O.K, balik
ke kisah Eleven Minutes; Maria adalah seorang gadis muda dan lugu dari
pedalaman Brazil. Sejak kecil dia mendambakan suatu saat nanti dia akan
menemukan cinta sejatinya. Namun, hal itu tidak kunjung didapatkannya. Dia
mulai beranjak dewasa, nasib mengubahnya ketika dia mendapatkan tawaran menjadi
seorang aktris di Swiss.
Gadis lugu
itu membayangkan, jika dia menjadi seorang
aktris terkenal, kaya, dan dia berharap siapa tahu dia bisa menemukan cinta
sejatinya di SWISS. Akhirnya, Maria menerima tawaran tersebut. Sayang itu, itu hanya
janji manis belaka. Kenyataannya Maria harus menjadi perempuan malam agar bisa
bertahan hidup di lingkungan yang asing.
Bahkan, impiannya
menemukan cinta sejati punah saat menjalani profesi tersebut. Hidup itu
bagaikan gelombang, kita tidak pernah tahu bagaimana kisah kehidupan kita
dimasa mendatang. Dalam ketidak berdayaannya menjadi kupu-kupu malam, dia
bertemu dengan Ralf, seorang pelukis
yang ditemuinya di sebuah bar. Pelan-pelan pria itu masuk ke kehidupannya dan
mengubah pandangannya.
Ralf
mengatakan sesuatu bawasnya seks itu
adalah sesuatu yang sacral! Tidak hanya sekedar mendapatkan uang atau
berhubungan badan. Pandangan Ralf terhadap seks membuat Maria berpikir mengenai
apakah ada cinta sejati di dunia ini? Khususnya untuk dirinya!
Cerita
menarik ini di buku Eleven Minutes ini memang mengundang banyak Tanya! Aku suka
banget kemasan vulgarnya terkesan eksotis tanpa porno banget. Bahkan, di
halaman 43, dalam kutipan buku harian Maria ini yang sangat biang rumpi suka
banget! “Dan kalau aku tidak memiliki
apapun, berarti buat apa membuang-buang waktu mengurusi hal-hal yang bukan
milikku; lebih baik aku bersikap seolah-olah baru hari ini aku hidup (atau ini
hari terakhirku hidup).
Benar
sekali, terkadang biang rumpi dan teman ngerumpi menjalani kehidupan ini,
terkadang tanpa sadar suka mengurusi urusan orang lain. Mari kita menjalani
kehidupan ini dengan baik dan benar, setidaknya tidak membuang waktu untuk
mengurusi urusan orang lain.
Nah,
selengkapnya, baca saja sendiri ya buku Eleven Minutes ini. Biang rumpi ingat
banget, membeli buku ini ketika usai menulis buku Simpul Terujung dan isinya
kata orang mirip dengan Eleven Minutes alias banyak adegan yang membuat orang
menderita dalam imaginasinya. Padahal tidak demikian lho.
Salam Biang
Rumpi
Jangan lupa berkunjung juga ke kitabahagia , Story citra, petunjukhidup, asiabutterflytraveler dan jejakcantik
temukan artikel menarik lainnya
temukan artikel menarik lainnya
Pada
1/31/2019
Jangan menilai buku dari covernya saja banyak . Jujur buku itu kalau saya lihat dari covernya emang gak menarik. Hehehe... Tapi ternyata dalamnya luar biasa banyak pelajaran hidup yang bisa kita ambil ya
ReplyDeletebagus ya kata kata ini "NGERUMPI
ReplyDeleteReview Buku: Eleven Minutes
CITRA P 1/31/2019 READ (WORDS) ADD COMMENT
Antara Seks dan Jati Diri
Chitchat.my.id- Aloha, apa kabar semua. Selamat datang di jam tayangan ngerumpi nyeleneh di blog ChitChat, Ngerumpi yuk! Nah, pembahasan kali ini mengenai Review Buku Eleven Minutes. Yups, tahun ini, biang rumpi ingin memberikan nuansa berbeda setiap bulan. Sudah tahu dong buku Eleven Minutes yang membuat pembaca menggeleng-gelengkan kepala.
Penulis satu, Pak Paulo Coelho ini memang luar biasa dalam merangkai kata dan kalimat menjadi suatu cerita yang seru dan asyik dibaca sampai tuntas. Salah satunya, kisah Maria dalam buku “Eleven Minutes.” Teman ngerumpi sudah pernah baca belum? Kalau belum, baca sampai tuntas ya ulasan biang rumpi kali ini!
Beberapa kali, biang rumpi kena sindir sama teman ngerumpi. Langsung saja sindiran halus itu, biang rumpi balas dengan jawaban halus. “Ah, apa enaknya ngese* itu hanya sementara aja, ribetnya lebih banyak.” Mereka langsung diam seribu bahasa, jangan ditiru ya teman ngerumpi haha. Kadang biang rumpi ini, kesal pakai banget kalau membahas soal “PERNIKAHAN.” Bukannya, biang rumpi anti pati terhadap hal itu, hanya saja masih belum tertarik menjalin hubungan serius.
O.K, balik ke kisah Eleven Minutes; Maria adalah seorang gadis muda dan lugu dari pedalaman Brazil. Sejak kecil dia mendambakan suatu saat nanti dia akan menemukan cinta sejatinya. Namun, hal itu tidak kunjung didapatkannya. Dia mulai beranjak dewasa, nasib mengubahnya ketika dia mendapatkan tawaran menjadi seorang aktris di Swiss.
Gadis lugu itu membayangkan, jika dia menjadi seorang aktris terkenal, kaya, dan dia berharap siapa tahu dia bisa menemukan cinta sejatinya di SWISS. Akhirnya, Maria menerima tawaran tersebut. Sayang itu, itu hanya janji manis belaka. Kenyataannya Maria harus menjadi perempuan malam agar bisa bertahan hidup di lingkungan yang asing.
Bahkan, impiannya menemukan cinta sejati punah saat menjalani profesi tersebut. Hidup itu bagaikan gelombang, kita tidak pernah tahu bagaimana kisah kehidupan kita dimasa mendatang. Dalam ketidak berdayaannya menjadi kupu-kupu malam, dia bertemu dengan Ralf, seorang pelukis yang ditemuinya di sebuah bar. Pelan-pelan pria itu masuk ke kehidupannya dan mengubah pandangannya.
Ralf mengatakan sesuatu bawasnya seks itu adalah sesuatu yang sacral! Tidak hanya sekedar mendapatkan uang atau berhubungan badan. Pandangan Ralf terhadap seks membuat Maria berpikir mengenai apakah ada cinta sejati di dunia ini? Khususnya untuk dirinya!
Cerita menarik ini di buku Eleven Minutes ini memang mengundang banyak Tanya! Aku suka banget kemasan vulgarnya terkesan eksotis tanpa porno banget. Bahkan, di halaman 43, dalam kutipan buku harian Maria ini yang sangat biang rumpi suka banget! “Dan kalau aku tidak memiliki apapun, berarti buat apa membuang-buang waktu mengurusi hal-hal yang bukan milikku; lebih baik aku bersikap seolah-olah baru...
Wah buku Paulo Coelho, aku suka. Tapi sekarang ini lagi susah buat baca buku tebel atau pun rada tebel. Campuran malas dan riweuh bikin susah. Kudu mulai dijadwalkan lagi nih baca buku. Bia otak gak mentok2 terus kalo nulis. Dan buku ini, salah satu yang kudu dibaca. Noted!
ReplyDeleteNovel yaa.. Udah lama banget aku ga baca dan beli novel.. Lebih sering baca ebook soalnya ^^;
ReplyDeletePernah baca karya-karya Paulo Coelho, tapi belum pernah baca yang ini, jadi oenasaran baca lengkap bukunya, bisanya Paulo Coelho menyajikan kisah tidak biasa dengan ending unpredictable
ReplyDeletepaulo coelho memang penulis yang legendaris kalau menurutku. Sayang sampe skrg ga pernah punya waktu utk baca bukunya bener2 intens, me time gitu. :(
ReplyDeletemmm.. nyentil banget yak ini.. kadang tanpa sadar membicarakan orang lain keluar begitu saja hiks, padahal sangat tidak baik untuk kesehatan jiwa ya.. yuk ah mari kita berbuat baik saja.. dengan perbuatan baik InshaAllah mendapatkan hasil yang baik jugaaa
ReplyDeletejadi akhirnya maria menemukan cintanya nggak nih mbak? hehe
ReplyDeleteBenar siy yaa, terkadang kita lebih sibuk mengurusi kehidupan orang lain, daripada memikirkan diri sendiri.
ReplyDeleteSepertinya saya harus mengkoleksi buku ini juga, untuk mengetahui jalan ceritanya lebih lanjut. Thanks for share Kaa